Thursday, May 10, 2018

Aditra

creepypasta lama, Dream That Brings Change



malam semua, malam ini admin akan kembali membagikan tentang cerita creepypasta lama yang admin dapat kan di blog lama admin yang udah mati, ya walaupun old tapi gold la istilah nya, walaupun cerita yang satu ini rating nya agak di bawah standar admin tapi ya tetap lumayan di baca lah, oke deh langsung aja cekidot . . .


Dream That Brings Change
Menemukan kedamaian, ketentraman, dan ketenangan adalah hal yang sangat diharapkan setiap orang, meski ada beberapa orang yang tidak mau jujur mengakuinya, tapi itulah yang sangat kita inginkan jauh di dalam diri kita, begitu juga yang aku mau.
Aku sangat muak melihat kerusuhan, dan semua kejahatan yang semakin terus menjamur dan menyebar dengan cepat, semua itu terjadi bagaikan penyakit yang disebabkan oleh sebuah virus arogansi, kemarahan, kekecewaan, dan suatu kepuasan sepihak.
Jujur aku sangat benci melihat semua drama itu, dimana ada sebagian orang yang melakukan kejahatan namun berteriak seolah apa yang diyakni dalam dirinya adalah satu-satunya hal yang benar dan itulah kebenaran, padahal benar untuknya belum tentu benar untuk orang lain.
Aku memang tak bisa melakukan apapun, tapi dengan melihat dan mendengarnya saja di media, sudah cukup membuatku menggerutu kesal di dalam hati. Kumatikan televisi yang kutonton dari pagi tadi itu dengan rasa kesal, tapi aku benar-benar tidak dapat mengerti kenapa ada orang yang mau melakukan kejahatan, padahal bukankah menyenangkan jika yang kita lakukan adalah
kebaikan, yah mungkin inilah dunia.
Kubereskan semua buku yang berserakan di dalam kamarku sambil terus berfikir tentang apa yang kusaksikan tadi.
Kebetulan siang ini sangat cerah, ditambah lagi aku sedang libur kerja, jadi aku bisa sedikit menenangkan kepalaku dengan bermalas-malasan dirumah. Kulihat tempat tidur yang tadi pagi kurapikan, kunyalakan kipas angin dan kuarahkan ke tubuhku, lalu aku pun membaca majalah otomotif yang terbit hari ini sambil tergeletak di kasurku yang nyaman. 
Entah berapa lama aku membaca, aku pun melirik jam dinding yang ada di dekat pintu, ternyata masih menunjukkan pukul 12.45, hanya lebih 15 menit dari saat aku mulai membaca majalah tadi, aneh memang karena sepertinya aku cukup lama membaca majalah tadi.
“lama sekali waktu kali ini”, bisikku dalam hati
Meski begitu aku memang tidak menaruh curiga pada apa yang terjadi, bukankah wajar jika kita menunggu waktu akan terasa lama, namun jika kita sedang tergesa-gesa waktu akan cepat berlalu. Karena merasa jenuh hanya tidur-tiduran dalam kamar, aku pun bermaksud untuk pergi berjalan-jalan di taman. 
Saat aku keluar rumah, banyak orang yang terlihat menikmati keindahan hari ini, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Untuk sesaat semua terlihat normal, sampai aku baru sadar mereka semua selalu melihat ke arahku dengan tatapan penuh kebencian. Aku bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, ku lihat diriku sendiri dari kaca sebuah mobil yang terparkir di dekatku.
“apa yang salah ya??”, gumamku dengan suara pelan.
Semua ini sikap mereka membuatku berubah pikiran, dan aku memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalananku dan kembali pulang. Sesampainya dirumah, aku masih tetap kebigungan dengan sikap semua orang padaku. Baru saja aku mau membuka pintu yang terkunci, terdengar suara sapaan dari belakangku.
“hai pecundang, terlalu takut untuk keluar rumah ya.. hahaha”. teriak suara itu.
Aku yang mendengar kata-kata kasar itu langsung berbalik.
“pecundang?? Kasar sekali cara bicaramu..!!”, jawabku sambil menoleh ke belakang.
Ternyata yang bicara adalah Rico, dia adalah salah satu orang yang pernah satu SMA denganku, dan dia adalah orang yang sangat aku benci. 
Dia adalah orang yang membuat aku selalu dalam masalah, ada saja ulahnya untuk menjatuhkanku, mulai dari menyebar kebohongan tentang ku, bahkan dia pernah menyebarkan fitnah bahwa aku melakukan praktek sihir, entah berapa kali warga datang kesini hanya untuk memastikan apa yang dia katakan, dan sebanyak itu juga aku selalu menjelaskan kebenarannya, tapi tidak ada yang mempercayai apa yang aku katakan, karena malas meladeni orang seperti dia apalagi berusaha membuktikan hal yang kuanggap tidak penting seperti itu, aku hanya diam saja dan mengacuhkan semua, tapi sayangnya sikapku yang hanya diam membuatku masuk kedalam masalah yang lebih jauh, karena banyak juga orang yang mempercayai apa yang dia katakan. 
Padahal kenyataannya dia adalah seorang pemimpin sebuah genk motor yang kerap melakukan aksi kriminal di daerahku, tapi karna orang tuanya adalah orang yang berpengaruh, dia selalu saja terlindungi. 
Aku yang mengetahui siapa dia sebenarnya menjadi objek yang terus diawasi oleh kelompoknya. Tapi kali ini dia benar-benar datang sendiri kerumahku.
“kenapa kau hanya menatapku saja bodoh, ayo pukul aku, kenapa kau diam..!!!”, teriaknya padaku.
Melihat hal itu emosiku semakin memuncak, selama ini aku sudah sabar menghadapi sikapnya yang selalu seenaknya padaku,tapi apa yang harus kulakukan, orang dari kalangan sepertiku ini tak mungkin bisa melawannya, aku tau orang-orang berada seperti mereka selalu merasa kuat, karena hukum ada dipihak mereka, jika ada perkara, mereka bisa membayar pengacara atau siapapun yang bisa meringankan dan membebaskan mereka dari hukum. Sedangkan jika orang dari kalangan bawah sepertiku yang berulah, tentu saja hanya akan dijadikan kambing hitam, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuannya dalam hukum. 
“memangnya apa salahku padamu? Kenapa kau datang ke rumahku dan tiba-tiba mencari masalah seperti ini??”, jawabku berusaha tenang.
“mencari masalah?? Hahahah apa kau bodoh??? Aku kesini bukan untuk mencari masalah, tapi untuk menyingkirkanmu !!”, teriaknya.
Mendengar apa yang dikatakannya muncul rasa takut dalam diriku, apalagi aku benar-benar tidak menyangka bahwa perbincangan kami telah disaksikan oleh banyak orang, dan semua orang menatap kearahku seolah mengisyaratkan “AYO BUNUH DIA”.
Kuperhatikan dirinya baik-baik, ternyata dia bersiap mengeluarkan sebuah pisau dari balik jaketnya, dia pun menusuk tubuhku berulang kali.
Rasa sakit ini datang bersama hujaman pisau yang menusukku, aku menatap matanya dan kulihat dia hanya tersenyum bahagia, ditambah lagi sorak-sorak kesenangan dari orang yang menyaksikanku diperlakukan seperti ini hanya menambah kepedihan yang kurasakan. 
Kecewa, kebencian, dan kemarahan datang bersama tawa mereka padaku, ku pegang perutku yang tadi ditusuk oleh pisau itu, sekarang aku bisa merasakannya.
Darah yang mengalir dari perutku ini, menambah kebencianku pada manusia-manusia seperti mereka, mataku pun perlahan mulai terpejam.
“kriiiing..kring…kring…”
“aaaaaaaaaaaarrgggggggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”, teriakku
Aku pun terduduk, dengan nafas yang tak beraturan sambil melihat sekelilingku, ternyata alarmku berbunyi tepat pada pukul 12.45.
“sial, untung saja semua yang terjadi tadi cuma mimpi…HAHAH… mimpi… cuma mimpi…… HA..HA..HAHAHA” , teriakku memecah kesunyian kamar ini.
Tak kusangka apa yang terjadi tadi hanya mimpi, disampingku masih ada majalah yang tadi kubaca, keringatpun masih mengucur dengan deras dikarenakan mimpi yang barusan ku alami, sepertinya aku ketiduran saat membaca majalah ini tadi, aku pun turun dari ranjangku namun langkahku terhenti, dan kuraba bagian perutku.
“huh ternyata masih utuh ya.. heheh”, gumamku sambil tersenyum sendiri.
Mimpi tadi terasa sangat nyata, bahkan rasa sakitnya masih bisa kurasakan sekarang. 
Secapatnya ku ambil handuk dan bergegas mandi, setelah selesai mandi, aku bercermin seperti biasa, karena kebetulan di dalam kamar mandiku ada sebuah cermin, ku tatap cermin itu sebentar dan ku tebarkan senyumanku, lalu aku terkejut karena ada sebuah wajah yang aku kenali ada dibelakangku ikut tersenyum.
“siapa itu…?? apa yang kau lakukan???”, teriakku sambil menoleh ke sekitarku
Aku merasa bodoh berteriak-teriak seperti itu, karena aku tau bahwa ini masih di kamar mandi. Karena takut aku cepat keluar dari sanaApa yang tadi kulihat benar-benar menyeramkan, aku mengenalinya tapi benar-benar sangat sulit untuk mengingat siapa dia.
Ketakutan yang menghantuiku saat ini membuatku benar-benar merasa kacau. Aku duduk di tepi tempat tidurku memikirkan keanehan-keanehan yang kualami.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“tok..tok..tok..”
Aku hanya diam saat ketukan pertama berbunyi, tapi suara ketukan terdengar lagi dan kali ini lebih kencang dan lebih panjang dari yang pertama.
“tok.. tok..tok..tok..tok..”
Aku turun dari tempat tidurku dan berjalan kearah pintu depan, namun baru saja aku keluar kamar, seseorang seperti sudah menungguku, dengan posisi yang awalnya membelakangiku dia berbalik sambil memasang senyuman mengerikan.
“si..si..siapa kamu??”, tanyaku
Tanpa menjawab orang itu langsung berlari kearahku dan menusukku dengan sebuah pisau.
“k..kk..kkkau Rico..!!”, gumamku
“apa brengsek, pergilah kau ke neraka”, teriaknya padaku
Aku mendorong tubuhnya dan lari ke kamarku, kukunci pintu kamarku dan ku coba berteriak dari jendela, sambil menahan darah yang mengalir dari tubuhku.
Saat aku berteriak sebuah sayatan merobek wajahku, segera kututup jendela itu. Ternyata itu Rico, bagaimana mungkin dia bisa sangat cepat berpindah.
Tubuhku gemetar dan tak bisa melakukan apapun, yang kulakukan saat ini hanya meringkut diatas tempat tidurku.
“Kriing…kring….kring….”
Kudengar suara alarmku kembali berbunyi, dan itu membuatku terbangun…
Semua yang kualami tadi tak nyata, semua itu cuma mimpi….
Mimpi yang terjadi di dalam mimpi……….
Apa aku gila sehingga bisa bermimpi seperti itu… atau mungkin sekarang juga mimpi… ternyata jam menunjukkan pukul 12.45..
“hahah, sial aku ditipu oleh mimpi… pasti sekarang masih mimpi…hahahah !!”, teriakku 
Baru saja aku berhenti tertawa suara ketukan pintu terdengar.
“tok..tok..tok”
Aku tersenyum mendengar itu, aku pergi ke gudang dan mengambil sebuah katana yang biasanya kujadikan pajangan.
“pasti dia yang mengetuk, hahha”, gumamku
Setelah pedang itu kudapatkan kusembunyikan di belakangku, aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Benar saja itu memang Rico, belum sempat dia berkata-kata, ku ayunkan pedang itu pada kepalanya.
Kepala yang tertebas pedangku itu pun menggelinding tepat di bawah kakiku, dan dari lehernya mengalir darah segar yang sangat banyak. Beberapa orang berteriak histeris karena ketakutan melihat apa yang baru saja kulakukan.
Aku tertawa menyaksikan itu, benar-benar menyenangkan bisa meluapkan semua kebencian ini pada orang yang biasanya menindasku. 
Sekarang aku berfikir bahwa kejahatan itu ternyata tidak begitu buruk,dan aku tak mengkhwatirkan apapun, karena aku tau bahwa ini hanya mimpi. Aku pun masuk kedalam rumah dan kembali tertidur dengan perasaan puas, sampai aku akhirnya aku terbangun kembali saat polisi datang ke rumahku, dan disinilah aku menyadari bahwa yang baru saja terjadi bukanlah mimpi.
Sampai saat ini aku masih tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana dunia nyata, tapi sekarang aku tidak peduli karena sekarang aku mengerti mengapa orang-orang ada yang mau berbuat jahat, karena semua itu menyenangkan.
Tapi sayangnya mereka semua tidak sependapat denganku, bahkan berkata bahwa aku adalah orang yang sakit jiwa, sehingga menempatkanku disini bersama orang-orang yang tak waras. Aku akan menunggu disini berpura-pura sama seperti mereka, sampai ada kesempatan aku bisa lari dari sini.

untuk melihat cerita lain nya, silahkan cek di sini

Aditra

About Aditra

Penulis hanyalah seorang manusia yang berusaha menulis di blog ini hanya demi kesenangan semata, jika ada perihal yang mengganggu seperti kesamaan konten atau konten yang melanggar copyright harap hubungi penulis melalui email. :)